Search

Apa Itu Tradisi Makan Saprahan di Pontianak? - Kompas.com - KOMPAS.com

PONTIANAK, KOMPAS.com - Hidangan saprahan tersaji di atas lantai beralaskan permadani di Gedung Pontianak Convention Center (PCC), Kalimantan Barat, Kamis (17/10/2019).

Sebanyak 30 kelompok peserta dari kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) se-Kota Pontianak menampilkan hidangan saprahan dalam Lomba Inovasi Saprahan dalam rangka Hari Jadi Kota Pontianak ke-248.

Makan Saprahan merupakan adat istiadat budaya Melayu. Berasal dari kata "Saprah" yang artinya berhampar, yakni budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan bersila di atas lantai secara berkelompok yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.

Dalam makan saprahan, semua hidangan makanan disusun secara teratur di atas kain saprah.

Peralatan dan perlengkapannya mencakup kain saprahan, piring makan, kobokan beserta kain serbet, mangkok nasi, mangkok lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.

Untuk menu makanan diantaranya, nasi putih atau nasi kebuli, semur daging, sayur dalca, sayur paceri nanas atau terong, selada, acar telur, sambal bawang dan sebagainya. Kemudian untuk minuman yang disajikan adalah air serbat berwarna merah.

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menjelaskan, saprahan merupakan satu diantara yang telah terdaftar sebagai warisan budaya tak benda. Termasuk pula arakan pengantin, paceri nanas, meriam karbit dan lainnya.

Ia berharap Pontianak menjadi salah satu kota budaya yang harus terus ditingkatkan inovasi dan kreativitasnya.

"Saya berharap dengan lomba inovasi saprahan ini memberikan nilai edukatif bagi generasi muda untuk terus kita pertahankan budaya ini," kata Edi melalui keterangan tertulisnya, Kamis sore.

Tradisi makan bersama atau di kalangan masyarakat Melayu disebut Saprahan di Jalan Iman Bonjol, Gang Ramadhan, Kelurahan Bansir Laut, Pontianak, Kalimantan Barat.ARSIP HUMAS PEMKOT PONTIANAK Tradisi makan bersama atau di kalangan masyarakat Melayu disebut Saprahan di Jalan Iman Bonjol, Gang Ramadhan, Kelurahan Bansir Laut, Pontianak, Kalimantan Barat.

Saat ini, lanjutnya, banyak juga rumah makan dan restoran yang menghidangkan makan saprahan. Edi menekankan, intinya, bagaimana pada saat makan bersama itu memiliki nilai atau filosofi dan kearifan lokal yang memberikan nilai positif bagi semua.

"Mudah-mudahan melalui kegiatan ini bisa menumbuhkembangkan ekonomi kreatif dan pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi kuliner, fashion dan kreativitasnya," ungkap dia.

Menurutnya, makan saprahan diselenggarakan untuk menerima tamu, sebagai penghormatan kepada tamu, acara pernikahan dan sebagainya.

Makan saprahan bersama dengan duduk bersila menjadikan silaturahmi semakin akrab.

"Inilah budaya Melayu yang patut kita pertahankan dan lestarikan," sebut Edi.

Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan mengapresiasi digelarnya Lomba Inovasi Saprahan sebagai upaya pelestarian budaya.

Ia menyebut, ada banyak makna filosofi yang terkandung dalam saprahan. Diantaranya untuk mempererat tali silaturahmi dan tidak ada perbedaan status sosial dalam saprahan.

"Semuanya sama, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi," ucapnya.

Sebagai budaya nenek moyang, saprahan perlu dibudayakan. Apalagi sejak ditetapkannya saprahan sebagai warisan budaya tak benda dan budaya kearifan lokal yang dimiliki.

Adanya penetrasi budaya modern masuk ke Indonesia, kata dia, tidak menutup kemungkinan budaya-budaya kearifan lokal akan tergerus apabila tidak dilestarikan.

"Kalau bukan kita yang melestarikannya, siapa lagi. Saya kuatir, kalau ini tidak dilestarikan, takutnya anak cucu kita nanti tidak tahu bagaimana budaya saprahan itu. Setidak-tidaknya kita lakukan di rumah kita sendiri," terangnya.

Tamu undangan tampak sedang bersiap menikmati hidangan ala Saprahan buah karya peserta lomba Besurong Saprah dalam rangka HUT Pemkot Singkawang yang ke-12 di tarup halaman belakang Kantor Walikota Singkawang, Kalimantan Barat (17/10/2013)KOMPAS.com/YOHANES KURNIA IRAWAN Tamu undangan tampak sedang bersiap menikmati hidangan ala Saprahan buah karya peserta lomba Besurong Saprah dalam rangka HUT Pemkot Singkawang yang ke-12 di tarup halaman belakang Kantor Walikota Singkawang, Kalimantan Barat (17/10/2013)

Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Pontianak, Yanieta Arbiastutie Kamtono menyebut, lomba saprahan tahun ini memasuki tahun kelima yang digelar setiap memperingati Hari Jadi Kota Pontianak.

Berbeda dari tahun sebelumnya, saprahan tahun 2019 ini ditambah dengan unsur inovasi untuk menggali kreativitas para kader PKK dan generasi muda dalam kreasi menu berbahan dasar ikan.

"Penambahan ini bukan berarti TP PKK ingin mengubah tradisi saprahan, tetapi ingin memperkaya tradisi yang sudah ada, mencoba menyelaraskan antara tradisi dan program pemerintah salah satunya program gemar makan ikan," jelasnya.

Ikan adalah salah satu sumber protein hewani yang paling kaya nutrisi sehingga TP PKK menyelaraskan antara budaya saprahan dengan gerakan memasyarakatkan makan ikan.

Lomba Inovasi Saprahan merupakan salah satu program kerja Tim Penggerak PKK Kota Pontianak yang bertujuan melestarikan budaya daerah sebagai warisan budaya yang membanggakan bagi Kota Pontianak.

"Sasaran digelarnya lomba ini adalah agar masyarakat lebih mengenal budaya daerahnya," pungkasnya.

Let's block ads! (Why?)



"makan" - Google Berita
October 19, 2019 at 07:04AM
https://ift.tt/2BoEP3E

Apa Itu Tradisi Makan Saprahan di Pontianak? - Kompas.com - KOMPAS.com
"makan" - Google Berita
https://ift.tt/2Pw7Qo2

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Apa Itu Tradisi Makan Saprahan di Pontianak? - Kompas.com - KOMPAS.com"

Post a Comment

Powered by Blogger.