Jakarta, Beritasatu.com – Makan di warteg telah menjadi budaya yang banyak ditemui di Indonesia. Harga yang murah dan variasi menu makanan yang ditawarkan menjadi pilihan warga untuk bersantap di warteg.
Indonesia sendiri telah mengenal budaya “Warteg” sejak 50 tahun yang lalu. Konsep warung makan, di mana orang-orang duduk bersama di kursi panjang yang biasanya berbentuk ‘L’, menciptakan suasana yang hangat dan bersahabat. Bahkan, menurut market analysis, 34.725 warteg sudah bertebaran di Jabodetabek.
Namun, seiring perkembangan jaman, saat ini cukup banyak halangan bagi konsumen untuk bisa menikmati budaya makan di warteg, di antaranya terkait dengan masalah kenyamanan, kebersihan, dan kualitas makanan.
“Masalah warteg saat ini yang biasa dikeluhkan bukan perokok, tapi bau asap rokok yang tercium. Terus, maaf ya, sering di video yang disebar terlihat tikus atau kecoa. Waktu makan ingin sendiri, tapi maaf, malah ditemani kucing atau anjing. Belum lagi mungkin tentang peralatan yang dicuci kurang higienis, tempatnya panas, saat makan berdempetan, atau saat melayani tangannya tidak menggunakan sarung tangan. Jadi, yang belum pernah makan di warteg bukan karena tidak mau tetapi ragu dengan kualitas dan kebersihan,” jelas Chief Executive Officer (CEO) dan Founder Sour Sally Group (SSG) Donny Pramono Ie dalam Media Gathering Wowteg yang diselenggarakan di sela-sela acara SIAL Interfood, di Jakarta, pada Rabu (13/11).
Atas deretan permasalahan tersebut, Sour Sally Group kemudian menawarkan solusi Wowteg, yakni konsep warteg modern yang telah di-upgrade dari segi mutu dan kualitas. Menurut Donny, konsep bisnis baru ini memiliki potensi pasar yang sangat besar dan tidak sekadar tren sesaat karena makan di warteg sudah menjadi budaya keseharian penduduk Indonesia.
Donny mengatakan, Wowteg menawarkan solusi dari segala permasalahan tersebut dengan sistem pengelolaan manajemen yang profesional, dan bakal jadi warteg modern yang terstandarisasi dari segi rasa, pengolahan makanan, dan penyajian.
Di samping itu, Wowteg menyediakan makanan ter-higienis dengan central kitchen yang sudah tersertifikasi HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) sehingga lebih memudahkan untuk proses operasional. Ditambah dengan suasana nyaman dan fasilitas yang lebih baik untuk konsumen, seperti ruangan ber-AC yang bebas asap rokok dan area khusus merokok, Wowteg menjadi tempat nyaman untuk bersantap bagi semua kalangan dengan pilihan menu simple, unik, dan harga yang terjangkau.
Oleh karena berkonsep warteg modern maka gaya pengolahan dan penyajian menu makanan di Wowteg dipastikan berbeda dengan warteg pada umumnya. Pemilik Wowteg hanya akan menerima produk dalam kemasan-kemasan kecil sesuai kebutuhan sehingga terhindar dari sisa-sisa makanan yang terbuang sia-sia.
“Kalau pun produk tidak habis, pasti harus dibuang. Daripada terbuang banyak maka kemasannya kecil-kecil. Pemilik bisa sampai lima kali menghangatkan makanan, tidak apa-apa, daripada kebanyakan dibuang. Semua produknya saat dikirim juga sudah berbumbu, dan untuk makanan yang digoreng, nanti tinggal mereka goreng saja,” tutur Donny.
Incar Kalangan Milenial
Mengusung konsep warteg yang modern, Donny juga mengincar kalangan milenial dengan menghadirkan variasi menu warteg tradisional dan kekinian. Menu-menu makanan tersebut nantinya akan diganti setiap tiga sampai enam bulan sekali menyesuaikan keinginan pasar.
Dia mengatakan tersedia lebih dari 1.000 resep yang bisa dimasak sesuai kebutuhan. Sebanyak 70% akan menghadirkan menu populer klasih Indonesia seperti ayam goreng ketumbar, ayam geprek, semur tahu, telur balado, tempe orek, kentang balado, telur dadar, perkedel kentang, dan sayur sop. Sementara 30% adalah menu kekinian, seperti ayam goreng Korea, ayam teriyaki, ayam madu, dan ayam telur asin.
Kemasan makanan untuk take away makanan di Wowteg pun lebih inovatif, terinspirasi kertas nasi berwarna coklat yang biasa dipakai di warteg tapi dengan kualitas yang lebih baik, tahan bocor, higienis, dan ada lapisan khusus food grade di bagian dalam.
Terkait harga, Donny menyampaikan satu paket Wowteg berisi satu porsi nasi, satu lauk, dan satu sayur dibanderol dengan kisaran Rp 20 ribu-Rp 30 ribu. Sedangkan, outlet Wowteg pertama ditargetkan dibuka di Jabodetabek, sekitar Februari-Maret 2020.
“Wowteg merupakan sebuah bisnis yang berpotensi sangat besar dan kesempatan ini juga sangat bagus bagi yang sedang belajar berbisnis, karena pengoperasian bisnis yang simpel di mana 80% makanan tidak diproses di outlet, tapi terpusat dari central kitchen. Harga yang ditawarkan juga sangat terjangkau, yaitu Rp 20-30 ribu per pax-nya. Berdasarkan hasil survey, orang-orang willing to pay Rp 5-7ribu lebih mahal jika tempat makan lebih bersih dan nyaman,” ujar Donny
Wowteg mengusung dua konsep outlet yaitu konsep kantin dan street level dengan lokasi strategis, seperti gedung mall, perkantoran, rumah sakit, dan tempat keramaian lainnya. Target utama Wowteg tertuju pada daerah kantor, kampus, maupun daerah lain sekitar kos-kosan yang ramai pengunjung.
Bahkan saat ini SSG sedang menawarkan hak franchise kepada para pengunjung pameran SIAL Interfood 2019 di JIExpo, Jakarta hingga 16 November 2019. Kesempatan franchise pertama dibuka untuk kawasan Jabodetabek, sebelum berekspansi ke Bandung dan Semarang yang direncanakan mulai akhir 2020.
Bagi yang tertarik untuk waralaba, Wowteg menawarkan kesempatan yang sangat menarik. Cukup dengan booking fee Rp70 juta, sudah dapat mengikat hak atas lokasi yang dipilih, hak lisensi bisnis selama 5 tahun dan marketing & management support dengan estimasi total investasi mulai Rp 200 juta dan perkiraan BEP dalam waktu 12-15 bulan.
"makan" - Google Berita
November 16, 2019 at 05:19AM
https://ift.tt/2qWIHXX
Luncurkan Wowteg, Sour Sally Group Ingin Upgrade Budaya Makan di Warteg - m.beritasatu.com
"makan" - Google Berita
https://ift.tt/2Pw7Qo2
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Luncurkan Wowteg, Sour Sally Group Ingin Upgrade Budaya Makan di Warteg - m.beritasatu.com"
Post a Comment