Search

Bisnis 'Cas' Dadakan dan Warung Makan Padang di Tengah Banjir - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia -- Seorang pria paruh baya dengan tubuh agak gempal sibuk memperhatikan belasan ponsel berbagai merk yang terhubung dengan kabel charger. Serakan ponsel-ponsel itu tampak semrawrut di atas lantai begitu saja, padahal di luar ruko, banjir masih mengepung kawasan tersebut.

Puluhan kabel charger yang kebanyakan berwarna putih itu bermuara pada sejumlah stop kontak. Antar stop kontak juga saling terhubung dan bermuara pada satu terminal utama.

Bahkan ada satu stop kontak yang salah satu lubangnya dicolok dengan 2-3 stop kontak 'T' menunjang ke atas. Artinya, satu stop kontak yang harusnya maksimal empat adaptor charger, dimaksimalkan hingga bisa menampung lebih dari enam adaptor.


Kondisi itu terpaksa dilakukan untuk memenuhi keinginan warga yang tak ingin ponsel mereka mati karena kehabisan baterai.

Hampir tiap menit matanya seksama memeriksa satu persatu presentase baterai pada tiap telepon genggam, mencari mana yang sudah terisi penuh.

Dia juga kebingungan ketika dua orang protes karena baterai ponselnya tak kunjung penuh padahal sudah dua jam lebih menunggu. Belum lagi ada tiga orang lain yang mengantri ingin gantian mengisi baterai teleponnya.

"Masih 25 persen mas. Mungkin kabelnya rusak. Enggak apa-apa cabut saja. Kalau enggak penuh nggak usah bayar," kata pria yang enggan disebutkan namanya itu kepada salah satu pelanggan.


Bisnis 'Cas' Dadakan dan Warung Makan Padang di Tengah BanjirBisnis isi baterai ponsel. (Foto: CNN Indonesia/Feybien Ramayanti)

Berbekal genset dan setidaknya hampir 10 terminal stop kontak. Pria tersebut membuka bisnis dadakan pengisian baterai barang elektronik di Jalan Perumahan Departemen Agama, Cengkareng, Jakarta Barat.

Pria itu melihat kesempatan terbuka ketika listrik dipadamkan karena banjir yang terjadi sejak Rabu (1/1) hingga Jumat (3/1).

Banjir di kawasan ini sempat tinggi, sekitar 1,3 sampai 1,5 meter pada Rabu lalu. Namun perlahan mulai surut, dan kini permukaan banjir tinggal sekitar 60 cm.

Ide bisnis ini memang jadi lari manis. Selain dibutuhkan, harganya juga tak mahal. Untuk satu kali mengisi baterai hingga penuh, warga hanya merogoh kocek Rp5 ribu.

"Dari kemarin pas banjir, saya selalu nge-charge di sini. Nungguin sampai full. Power bank sudah habis, listriknya mati pula," tutur Asep (30), salah satu warga yang tengah menunggu baterai teleponnya penuh kepada CNNIndonesia.com.


Warung Makan

Selain bisnis sewa stop kontak, di samping ruko tersebut juga berdiri warung makan yang terlihat laris manis diserbu warga. Warung ini dikelola Yennafri (65) dan istri, atau yang akrab dipanggil Uda dan Uni oleh warga sekitar.

Keduanya tinggal tak jauh dari warung makannya. Namun karena rumahnya tergenang banjir, mereka akhirnya terpaksa tidur di atas meja beralaskan tiker di warungnya itu.

"Sementara ini [meja makan] tempat tidur saya. Karena kebanjiran di dalam rumah. Enggak apa-apa hadiah tahun baru," tuturnya sambil tertawa, membuat kerutan di wajahnya semakin terlihat jelas.

Geliat Bisnis dan Mereka yang Menolak Pasrah di Tengah BanjirBisnis 'cas ponsel' di tengah banjir, Cengkareng, Jakarta Barat. (CNN Indonesia/Feybien Ramayanti).

Walaupun harus mengungsi dari rumah karena banjir, Yennafri menolak pasrah. Ia bersama istri masih giat membuka warung makannya dan menyajikan hidangan khas Padang kepada warga sekitar.

Warung Padang ini jadi satu-satunya warung makan yang masih buka di sekitar Perumahan Depag.


Selain warung makan, masih ada dua usaha lain yang buka meski dikepung banjir, yakni toko sembako.

[Gambas:Video CNN]

Enggan Mengungsi

Kegiatan usaha di perumahan ini masih menggeliat karena banyak warga yang tak ingin mengungsi akibat banjir. Kalaupun rumah mereka tak bertingkat, banyak warga yang memilih mengungsi ke masjid di dalam perumahan. Alasannya agar masih bisa bolak-balik menengok rumahnya.

Seperti yang dilakukan Alfiyah (54) dan anaknya. Meski mengaku tak pernah keluar masjid karena takut terbawa arus banjir, anak laki-lakinya masih sering berkunjung ke rumah agar barang tak hilang atau rusak.

"Mobil dan motor waktu banjir datang kemarin nggak sempat diparkir ke luar [perumahan]. Sampai sekarang masih di depan rumah. Nggak pakai asuransi pula," keluhnya.

Hal serupa juga dikatakan Karno (42) yang mengungsi bersama istri dan kedua anaknya yang masih berusia 7 tahun dan 5 tahun. Ia mengaku lebih memilih mengungsi di masjid ketimbang posko pengungsian karena tempatnya lebih nyaman.

"Nyaman di sini. Kalau maksa pulang juga belum bisa ditempati. Di sini ada air bersih. Malam ada listrik dari genset," ujarnya.

Setiap malam dari Rabu kemarin, ada lebih dari 50 keluarga yang tidur di dalam masjid. Meski harus tidur berdempetan dan hanya beralaskan karpet, setidaknya kebutuhan dasar seperti air dan listrik masih bisa.

Menjelang siang kebanyakan pengungsi bakal kembali ke rumahnya. Atau keliling mencari warung untuk belanja kebutuhan pokok. Karena banjir sudah mulai surut, warga bisa berlalu-lalang dengan berjalan kaki.

Namun bagi yang tak ingin kena basah bisa menumpang perahu karet yang kerap keliling bagaikan 'ojek' secara gratis. Perahu tersebut dibawa keliling oleh empat pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Pemprov DKI Jakarta.

"Sehari bisa nggak kehitung berapa kali bolak-balik. Ada dua perahu di sini. Dipakai buat transportasi atau bawa belanjaan. Biasa keliling dari pagi sampai kita capek deh. Kemarin saja saya sampai jam tiga pagi keliling," tutur salah satu pekerja bernama Fadli (23). (fey)

Let's block ads! (Why?)



"makan" - Google Berita
January 04, 2020 at 06:21PM
https://ift.tt/2ZN5Byg

Bisnis 'Cas' Dadakan dan Warung Makan Padang di Tengah Banjir - CNN Indonesia
"makan" - Google Berita
https://ift.tt/2Pw7Qo2

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bisnis 'Cas' Dadakan dan Warung Makan Padang di Tengah Banjir - CNN Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.